Jumat, 18 Oktober 2013

Sebuah Harapan Sederhana Untuk Meraih Impian

Andai Aku Jadi Bidan
Kisah ini, semua berawal dari peristiwa yang saya alami dimasa lalu.  Pada waktu itu saya masih duduk di bangku kelas dua Sekolah Menengah Atas (SMA).  Saat itu tempat tinggal saya adalah sebuah desa kecil yang belum ada layanan listrik (PLN).  Saya memiliki seorang ibu, beliau adalah lulusan sekolah perawat.  Dan ibu sering membantu warga desa yang akan melahirkan.  Namun dengan bertambahnya usia dan kemampuan fisik ibu yang sudah tidak sekuat pada waktu masih muda, serta berubahnya peraturan pemerintah tentang tenaga kesehatan yang berwenang dalam pertolongan persalinan adalah seorang bidan, maka ibu selalu menyarankan pada warga desa untuk melahirkan  di tempat pelayanan kesehatan/tenaga kesehatan yang lebih berwenang (bidan).
Pada suatu malam, ada sebuah becak yang membawa seorang ibu dengan perut yang besar dan merintih kesakitan karena akan melahirkan bayinya.  Ibu hamil dan suaminya yang seorang tukang becak tersebut menginginkan  proses kelahiran bayinya ditolong oleh ibu saya.  Namun, Ibu menganjurkan supaya ibu hamil tersebut dibawa ke tempat seorang bidan yang bertugas di desa kami.  Namun, ibu hamil tersebut tidak mau dengan alasan mereka adalah orang tidak punya, sehingga tidak punya banyak uang untuk biaya persalinan di bidan tersebut.  Ibu hamil itu memohon dan rintihan akibat merasakan kesakitan yang semakin meningkat.
Pada akhirnya ibu memutuskan untuk membantu ibu hamil tersebut.  Dan saya ingat betul, malam itu tepat pada pukul 23.50 WIB, ibu hamil yang terbaring di tempat tidur pada salah satu kamar semakin merintih kesakitan dan terus berusaha meneran.  Ibu meminta saya untuk membantunya dengan memegangi lampu minyak untuk menerangi ibu dalam menolong persalinan itu.  Dan pada malam itu, saya benar-benar mengetahui proses keluarnya bayi dari dalam perut yang  penuh perjuangan, tetesan keringat dan darah.  Dalam kondisi ruangan yang tidak begitu terang, karena memang belum ada listrik, ibu membantu kelahiran bayi itu dengan hati-hati, penuh sentuhan kasih sayang dan selalu memberikan semangat pada ibu tersebut, dan akhirnya bayi dapat lahir dengan selamat.  Rasa sakit dan letih selama melahirkan bayinya, semua terlihat tak berarti saat ibu itu mendengar tangisan bayinya.  Sungguh mulia dan indah perjuangan seorang wanita saat melahirkan bayinya. Sejak peristiwa malam itu, maka hati kecil saya terpanggil untuk menjadi seorang tenaga kesehatan yang mampu memperjuangkan kesejahteraan dalam pelayanan kesehatan untuk masyarakat tanpa melihat mereka berasal dari status sosial, agama, kondisi ekonomi, serta suku mereka, seperti yang selalu ibu pesankan pada saya.
Namun, karena keadaan ekonomi orang tua (ibu) yang pas-pasan, setelah lulus SMA saya tidak dapat melanjutkan pendidikan di sebuah akademi kebidanan karena pada waktu itu biaya masuknya sangat mahal dan ibu merasa tidak mampu.  Maka saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan saya di sebuah Politeknik Pertanian Negeri melalui program tanpa test (Program PMDK).  Pada waktu itu saya dapat menyelesaikan pendidikan Diploma III Pertanian dengan biaya dari program beasiswa PPA (Penunjang Prestasi Akademik).  Namun di dalam hati kecil saya, keinginan untuk melanjutkan pendidikan di Akademi Kebidanan sehingga dapat menjadi seorang bidan tidak pernah padam.
Seiring berjalannya waktu, saya terus berusaha mewujudkan impian saya untuk menjadi seorang bidan.  Hingga pada akhirnya, di tahun 2011 lalu saya baru memperoleh kesempatan untuk mengambil pendidikan kebidanan.     Dan di tahun itu saya memulai pendidikan saya di STIKes Bina Cipta Husada, Purwokerto.  Saya tidak pernah merasa kecil hati  dengan usia yang jauh lebih tua dibandingkan teman-teman se-angkatan.  Justru semua itu saya jadikan cambuk dalam memotivasi diri untuk meraih prestasi akademik.  Dan saya dapat membuktikannya dengan selalu mendapatkan Indek Prestasi (IP) bagus.
Selama saya kuliah di kebidanan, banyak hal baru yang saya ketahui, seperti Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yang ternyata masih cukup tinggi, masih banyak wanita yang belum mendapatkan hak reproduksinya seperti tidak boleh membatasi kehamilannya dengan menggunakan alat kontrasepsi serta masih minimnya kesadaran kaum laki-laki (suami) turut serta dalam program KB (penggunaan kontrasepsi), masih banyak wanita yang mengalami morbiditas dan mortalitas saat kehamilan, persalinan, dan nifas akibat komplikasi yang menyertai, sehingga memberikan banyak dampak negatif pada bayinya, masih banyak wanita yang belum mempunyai kesadaran terhadap kesehatan reproduksinya, masih banyak remaja menikah dengan usia yang terlalu dini, dan banyak hal lain lagi.
Selain itu jika dilihat dari sisi tenaga kesehatan, masih banyak tenaga kesehatan (lulusan bidan) yang belum terpanggil hati kecilnya untuk mengabdikan dirinya dalam memberikan pelayanan kesehatan di daerah-daerah tertinggal/pedalaman, padahal mereka sangat membutuhkan  keberadaan     seorang bidan. 
Indonesia adalah  penghasil bidan terbesar, namun Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih cukup tinggi.  Dengan keadaan tersebut, maka menimbulkan pertanyaan yang sangat mengiris hati, “Apa kerja Bidan selama ini?” atau “Dimana Bidan selama ini?” dan masih banyak lagi pertanyan yang sangat memojokan profesi bidan.  Hal ini tentunya sangat membuat saya secara pribadi tidak dapat menerima dan tinggal diam.  Karena bagi saya bidan adalah sahabat terdekat wanita yang selalu menghadapi berbagai permasalahan selama masa reproduksinya.
Oleh sebab itu, apabila saya telah menyelesaikan pendidikan kebidanan ini, maka ingin mengajak teman-teman di seluruh Indonesia dapat mengabdikan diri di daerah-daerah tertinggal atau pedalaman, memberikan pelayanan kebidanan yang sesuai dengan standarisasi dengan mengutamakan pelayanan yang aman sehingga dapat menekan angka kematian ibu dan bayi serta mengajak  kaum pria (suami) berperan serta dalam penggunaan metode kontrasepsi serta membentuk masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Demikianlah harapan dan cita-cita sederhana yang sangat ingin saya wujudkan selama ini.  Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan kebidanan ini.  Besar harapan saya dapat menyelesaikan pendidikan kebidanan ini, sehingga dapat mewujudkan impian untuk menjadi seorang bidan.  Apabila saya diberi kesempatan untuk menerima beasiswa dari Program Akademi Andalan ini, maka saya akan sangat bersyukur dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini.  Saya akan terus berjuang dan berprestasi dalam bidang akademik sebagai wujud terima kasih saya.  Dan saya akan mengabdikan diri kepada bangsa ini sesuai dengan profesi yang akan saya miliki suatu hari nanti.  “Andai Aku Jadi Seorang Bidan”. 

1 komentar:

  1. PokerStars - Gaming & Slots at Aprcasino
    Join the fun at apr casino Aprcasino and play the best of poormansguidetocasinogambling.com the best PokerStars casino games including Slots, Blackjack, https://febcasino.com/review/merit-casino/ Roulette, Video 토토사이트 Poker https://jancasino.com/review/merit-casino/ and more!

    BalasHapus